"SENJATA PERANG" TERUMBU KARANG - Antara Hidup dan Mati, Beradaptasi Menghadapi Kompetisi. THE CORAL WARFARES
Alam memiliki hukumnya sendiri dalam mengatur keseimbangan dan salah satunya melalui mekanisme persaingan atau kompetisi. Persaingan untuk mendapatkan sumberdaya yang terbatas seperti makanan, ruang tumbuh, atau bahkan cahaya matahari menjadi elemen pembatas bagi persebaran dan keberadaan sebuah spesies di dalam suatu komunitas.
![]() |
Contoh Persaingan Coral dengan Turf Alga |
Dalam komunitas terumbu karang, sumberdaya yang diperebutkan bagi organisme bentik adalah ruang hidup dan cahaya. (Catatan: bentik berasal dari kata benthos yang berarti organisme yang hidup di dasar perairan). Untuk itu, hewan karang telah mengembangkan berbagai mekanisme adaptasi evolusi termasuk memaksimalkan organ tentakel penyapu untuk membersihkan diri atau menangkap mangsa serta filamen atau serabut pada sistem pencernaan, dan mengoptimalkan kecepatan tingkat pertumbuhan. Bentuk evolusi ini bertujuan untuk memenangkan kompetisi dalam memperebutkan ruang hidup baru dari pesaing mereka atau untuk melindungi ruang hidup yang telah mereka kuasai.
![]() |
Tentakel Karang. foto: Katherine Dziedzic |
Coral massive (karang batu), yang memiliki tingkat pertumbuhan yang relatif lambat, menggunakan mekanisme kompetisi secara langsung seperti penggunaan tentakel penyapu dan filamen pencernaan yang bisa menyengat. Atribut ini secara langsung bisa membahayakan hewan karang pesaingnya. Sedangkan Acropora atau karang bercabang mengandalkan kecepatan tingkat pertumbuhannya untuk secepat mungkin menutup dan menghalangi kompetitor mendapatkan cahaya matahari. Invertebrata lain yang hidup di ekosistem terumbu karang seperti sponge menghasilkan senyawa kimia beracun yang digunakan sebagai "senjata perang" yang disebut alelopati untuk melawan pesaingnya demi mendapatkan ruang hidup.
![]() |
Coral Masif, Montastrea spp. Dreamstime.com |
![]() |
Coral Branching, Acropora spp. Dreamstime.com |
![]() |
Sponge. Dreamstime.com |
Meskipun studi terbaru kebanyakan berfokus pada kompetisi antar hewan karang satu dengan yang lain, namun akhir akhir ini peneliti mulai tergoda untuk mengamati bentuk kompetisi antara hewan karang dengan seaweeds atau rumput laut. Hal ini dikarenakan overpopulasi rumput laut ternyata secara berkala dapat menyebabkan kematian karang. Memang tidak semua rumput laut berbahaya bagi hewan karang, akan tetapi jenis rumput laut tertentu dapat menurunkan pertumbuhan, daya tahan hidup, fekunditas atau kesuburan, dan perekrutan hewan karang.
Beberapa karang yang kontak dengan rumput laut hijau berkapur seperti Halimeda opuntia menunjukkan gejala penyakit berupa munculnya pita-pita hitam. Rumput laut kecil dan berfilamen yang tidak secara langsung membahayakan karang dengan menangkap sedimen dan mengakumulasinya di dekat jaringan hewan karang. Pada akhirnya tumpukan sedimen ini dapat menutup dan membunuh karang perlahan-lahan.
![]() |
Halimeda opuntia. Dreamstime.com |
Karang memiliki ketahanan berbeda menghadapi pengaruh negatif dari keberadaan rumput laut ini. Strategi pertahanan ini dikembangkan melalui perbedaan bentuk hidup atau life form. Karang foliose (foliose: lembaran seperti daun) seperti Agaricia spp. lebih mudah terpengaruh oleh overpopulasi dari rumput laut daripada karang masif (karang batu) seperti Montastrea spp. Rumput laut yang gemulai ini ternyata memiliki pengaruh yang lebih mengerikan ke koloni karang yang lebih kecil. Mereka mencegah bayi bayi karang untuk menempel dan direkrut ke dalam terumbu.
![]() |
Penumpukan sedimen |
Kompetisi di lingkungan terumbu karang ternyata tidak hanya terbatas diantara invertebrata sesil saja (hewan tidak bertulang belakang yang menetap dan tidak bergerak) namun juga terjadi pada hewan bergerak. Dalam lingkungan terumbu karang yang sehat dan tidak terganggu, hewan herbivor (pemakan rumput laut) sangat melimpah sehingga populasi rumput laut tetap terkontrol. Hewan herbivora seperti Diadema antillarum atau bulu babi berkompetisi dengan ikan-ikan herbivora dalam berkompetisi untuk mendapatkan makanan berupa alga dan rumput laut.
![]() |
Parrot Fish. Dreamstime.com |
![]() |
Diadema (Buu babi). Dreamstime.com |
Di Laut Karibia, ketika populasi bulu babi hilang maka populasi dan tingkat aktifitas makan ikan herbivora meningkat. Ini menunjukkan bahwa terdapat persaingan antara bulu babi dan ikan-ikan itu. Bulu babi bahkan tidak hanya berkompetisi dengan ikan, namun juga dengan sesama jenis mereka sendiri. Dalam kondisi makanan yang terbatas, populasi bulu babi justeru tidak berkurang. Mereka beradaptasi dengan memperbesar bagian mulut mereka yang disebut "Aristotle's Lantern" (Secara harfiah diterjemahkan menjadi Lentera Aristoteles). Ketika sumber makanan semakin menipis bulu babi pada akhirnya akan memperkecil ukuran tubuhnya. Makanan yang menipis akan lebih baik digunakan untuk sumber energi bertahan hidup daripada digunakan untuk pertumbuhan tubuhnya.
Cited from: Ecological Interactions on Coral Reefs
Keyword: Allelopathy, Tentacles, Coral massive, Coral foliose, Coral branching, Seaweeds, Herbivores, Diadema, Competition, Sedimentation.
Comments
Post a Comment